Kasihan Pak Serigala. Dia tersedak dan terbatuk-batuk hingga bercucuran air matanya, tetapi dia tidak bisa mengeluarkan tulang yang tertancap di tenggorokannya.
"Tolong!," terengah-engah ia memohon pada seekor burung bangau berleher panjang yang sedang memperhatikannya.
"Tolong! Sebuah tulang ada di tenggorokanku!"
Tetapi si burung bangau hanya menatapnya dengan curiga.
"Oh tolonglah!" teriak Pak Serigala dengan suara memelas kesakitan, dia megap-megap menghirup udara. "Kamu pasti dapat hadiah jika kamu mau mengambilkan tulang dari tenggorokanku!"Dijanjikan hadiah, si burung bangau itu lalu memberanikan diri mendekat. Dengan leher dan paruhnya yang panjang, ia lalu menjulurkannya ke dalam mulut Pak Serigala untuk mengambil tulang. Dengan paruhnya yang panjang dia kemudian berhasil mengambil sebuah tulang. Tulang itu tertancap dalam di dalam leher serigala.
Terengah-engah karena kesakitan, Pak Serigala mengambil nafas panjang.
"Sudah baikan sekarang! Oh, tadi itu benar-benar sakit!"
"Dan mana hadiahnya?" burung bangau mengingatkannya, berdiri dengan tidak sabar di atas kakinya yang panjang.
Pak Serigala malah tertawa terbahak bahak.
"Burung bodoh!" dia berkata dengan suara keras. "Kamu sudah dapat hadiahmu! Bukankah sudah merupakan hadiah bagimu bahwa kepalamu kamu sudah masuk ke mulut serigala dan bisa keluar lagi dengan selamat?"
"Tapi aku sudah berbuat baik padamu!" burung bangau itu berkuak mengeluh.
"Tidak!" kata Pak Serigala. "Tidak dikatakan berbuat baik jika kamu melakukannya ingin dapat imbalan!"
Pesan dari cerita ini adalah : berbuat baiklah tanpa mengharapkan imbalan.
Terjemah bebas dari : The Wolf and the Crane, Richards Topical Encyclopedia. 1951
Sumber : Fasabbih.blogspot.com