Sudah lama sekali tikus-tikus yang tinggal di dapur Pak Tani tidak punya cukup makanan. Tiap kali mereka menampakkan lubang hidungnya dari lubang, seekor kucing abu-abu yang besar akan mengejar mereka. Akhirnya mereka menjadi terlalu takut untuk keluar lubang bahkan untuk mencari makanan. Kondisi mereka benar-benar menyedihkan. Perut mereka kempis, tubuh mereka tinggal tulang dibalut kulit. Kelaparan melanda mereka. Sesuatu harus dilakukan sehingga mereka berkumpul bersama untuk memutuskan apa yang harus mereka lakukan.
Tikus-tikus itu saling berbicara, banyak yang diucapkan, tetapi kebanyakan hanya menyalahkan si Kucing daripada menawarkan pemecahan untuk masalah mereka. Tapi akhirnya, seekor tikus muda mengusulkan sebuah rencana yang gemilang.
"Mari gantungkan sebuah lonceng di leher kucing tua itu!" usulnya, ekornya bergetar saking semangatnya. "Kita akan tahu di mana dia berada, kapan pun itu!"
Mereka semua menyorakinya dengan bersemangat, gagasan itu benar benar cemerlang. Mereka kemudian bermusyawarah dan sepakat bulat untuk melakukannya. Tapi ketika keriuhan berhenti, seekor tikus tua berbicara. Dia lebih tua dari semua tikus lain, semua tikus mendengarkan dengan hormat.
"Gagasan itu benar-benar cemerlang," dia berkata. "Aku bangga ada tikus muda yang memikirkan ide yang bagus itu."
Kumis si tikus muda bergoyang-goyang senang, tapi dia menggaruk telinganya kebingungan. Tikus tua melanjutkan bicaranya, "Tetapi siapa yang sukarela mau memasangkan lonceng di leher si kucing?"
Suasana tiba-tiba menjadi sepi. Semua tikus diam, tak ada seorang pun mau menjawabnya! Mereka berlarian ketakutan masuk ke lubang masing masing.
Pesan dari cerita ini adalah : ide cemerlang berguna jika mau dikerjakan.
terjemah bebas dari : Belling the Cat, Richards Topical Encyclopedia. 1951