Kancil dan Harimau

imageHarimau sedang asyik bercermin di sungai sambil membasuh mukanya. "Hmm, gagah juga aku ini, tubuhku kuat berotot dan warna lorengku sangat indah," kata harimau dalam hati. Kesombongan harimau membuatnya suka memerintah dan berbuat semena-mena pada binatang lain yang lebih kecil dan lemah.

Si kancil akhirnya tidak tahan lagi. "Benar-benar keterlaluan si harimau !" kata Kancil menahan marah. "Dia mesti diberi pelajaran! Biar kapok! Sambil berpikir, ditengah jalan kancil bertemu dengan kelinci. Mereka berbincang-bincang tentang tingkah laku harimau dan mencoba mencari ide bagaimana cara membuat si harimau kapok.

Setelah lama terdiam, "Hmm, aku ada ide," kata si kancil tiba-tiba. "Tapi kau harus menolongku," lanjut si kancil. "Begini, kau bilang pada harimau kalau aku telah menghajarmu karena telah menggangguku, dan katakan juga pada si harimau bahwa aku akan menghajar siapa saja yang berani menggangguku, termasuk harimau, karena aku sedang menjalankan tugas penting," kata kancil pada kelinci.

"Tugas penting apa, Cil?" tanya kelinci heran. " Sudah, bilang saja begitu, kalau si harimau nanti mencariku, antarkan ia ke bawah pohon besar di ujung jalan itu. Aku akan menunggu Harimau disana." "Tapi aku takut Cil, benar nih rencanamu akan berhasil?", kata kelinci.

image"Percayalah padaku, kalau gagal jangan sebut aku si kancil yang cerdik". "Iya, iya. Aku percaya, tapi kamu jangan sombong, nanti malah kamu jadi lebih sombong dari si harimau lagi."

Si kelincipun berjalan menemui harimau yang sedang bermalas-malasan. Si kelinci agak gugup menceritakan yang terjadi padanya. Setelah mendengar cerita kelinci, harimau menjadi geram mendengarnya.

"Apa ? Kancil mau menghajarku? Grr, berani sekali dia!!, kata harimau. Seperti yang diharapkan, harimau minta diantarkan ke tempat kancil berada. "Itu dia si Kancil!" kata Kelinci sambil menunjuk ke arah sebatang pohon besar di ujung jalan. "Kita hampir sampai, harimau. Aku takut, nanti jangan bilang si kancil kalau aku yang cerita padamu, nanti aku dihajar lagi," kata kelinci. Si kelinci langsung berlari masuk dalam semak-semak.

"Hai kancil!!! Kudengar kau mau menghajarku ya?" Tanya harimau sambil marah. "Jangan bicara keras-keras, aku sedang mendapat tugas penting".

"Tugas penting apa?". Lalu Kancil menunjuk benda besar berbentuk bulat, yang tergantung pada dahan pohon di atasnya. "Aku harus menjaga bende wasiat itu." Bende wasiat apa sih itu?"

imageTanya harimau heran. "Bende adalah semacam gong yang berukuran kecil, tapi bende ini bukan sembarang bende, kalau dipukul suaranya merdu sekali, tidak bisa terlukis dengan kata-kata.”

Harimau jadi penasaran. "Aku boleh tidak memukulnya?, siapa tahu kepalaku yang lagi pusing ini akan hilang setelah mendengar suara merdu dari bende itu."

"Jangan, jangan," kata Kancil. Harimau terus membujuk si Kancil. Setelah agak lama berdebat, "Baiklah, tapi aku pergi dulu, jangan salahkan aku kalau terjadi apa-apa ya?", kata si kancil.

Setelah Kancil pergi, Harimau segera memanjat pohon dan memukul bende itu. Tapi yang terjadi…. Ternyata bende itu adalah sarang lebah! Nguuuung…nguuuung…..nguuuung sekelompok lebah yang marah keluar dari sarangnya karena merasa diganggu.

Lebah-lebah itu mengejar dan menyengat si harimau. "Tolong! Tolong!" teriak harimau kesakitan sambil berlari. Ia terus berlari menuju ke sebuah sungai. Byuur! Harimau langsung melompat masuk ke dalam sungai. Ia akhirnya selamat dari serangan lebah.

"Grr, awas kau Kancil!" teriak Harimau menahan marah. "Aku dibohongi lagi. Tapi pusingku kok menjadi hilang ya?". Walaupun tidak mendengar suara merdu bende wasiat, harimau tidak terlalu kecewa, sebab kepalanya tidak pusing lagi.

"Hahaha! Lihatlah Harimau yang gagah itu lari terbirit-birit disengat lebah," kata kancil. "Binatang kecil dan lemah tidak selamanya kalah bukan?". "Aku harap harimau bisa mengambil manfaat dari kejadian ini," kata kelinci penuh harap."

Semut dan Belalang

imageAlkisah dahulu kala ada seekor semut yang bersahabat dengan seekor belalang. Mereka suka sekali berpesta. Setiap malam mereka akan menghabiskan waktu untuk berpesta, makan-makan dan menikmati minuman. Berpesta dan berpesta itulah rutin mereka.

Sehingga suatu hari, sang semut mula menyedari, walaupun sekarang ini musim panas musim tengkujuh pasti akan datang juga. Dia terfikir kalau dia terus berpesta dan menghabiskan makanan dan minuman, maka apa yang akan di makan bila musim tengkujuh tiba. “Aku tidak boleh berterusan begini, aku harus berkerja untuk mendapatkan makanan untuk bekalan ku di musim tengkujuh” katanya.

imageAkhirnya, sang semut mula mencari makanan untuk persiapan apabila nanti musim tengkujuh melanda. Hari demi hari sang semut terus mengumpulkan makanan sementara sahabatnya sang belalang terus menerus menghabiskan masanya bersuka-ria. Sang semut berkali-kali menasihatinya tapi hanya sia-sia kerana dia tetap tidak mempedulikannya.

Musim tengkujuh pun tiba sang semut tidak lagi keluar mencari makanan. “Nasib baik aku dapat mengumpul banyak makanan” katanya. Suatu hari di musim itu, ketika sang semut sedang berehat dia terdengar suara ketukan dari luar.”TOK…TOK…TOK”

imageSang semut menjenguk dari jendela dan dilihatnya sahabatnya, sang belalang yang basah kuyup dan sedang kedinginan menanti di luar pintu. Sang semut pun membuka pintu lalu menanyakan keadaan si belalang.

Rupanya sang belalang sedang kelaparan kerana sudah berhari-hari tidak makan. “Tolong aku wahai sahabat ku semut, berilah aku sedikit makanan jika tidak aku pasti akan mati”.

Semenjak hari itu sang belalang telah banyak berubah. Dia sudah menjadi seekor belalang yang rajin berkerja.

Kisah Bangau dan Ketam

imagePada zaman dahulu terdapat sebuah tasik yang sangat indah. Airnya jernih dan ditumbuhi oleh pokok-pokok teratai yang berbunga sepanjang masa. Pohon-pohon yang tumbuh di sekitarnya hidup dengan subur. Banyak burung yang tinggal di kawasan sekitar tasik itu dan salah seekornya adalah burung bangau.

Manakala di dalam tasik hidup bermacam-macam ikan seperti tilapia, sepat, keli, haruan dan haiwan lain seperti ketam dan katak. Burung bangau sangat suka tinggal di kawasan tasik itu kerana senang mendapat makan.

Hari silih berganti, burung bangau semakin tua dan tidak lagi sekuat dulu untuk menangkap ikan. Ada kalanya si bangau terpaksa berlapar seharian kerana tidak memperolehi tangkapan.

imageIa berfikir di dalam hati, “Kalau beginilah keadaanya, aku akan mati kelaparan kerana tidak lagi berdaya untuk menangkap ikan. Aku mesti mencari jalan supaya aku dapat memperolehi makanan dengan mudah”.

Si bangau mendapat akal. Dia berpura-pura duduk termenung dan bersedih di tebing tasik. Seekor katak yang kebetulan berada di situ ternampak bangau yang sangat murung dan sedih lalu bertanya “Kenapa aku lihat akhir-akhir ini kamu asyik termenung wahai bangau?”. Bangau menjawab ” Aku sedang memikirkan keadaan nasib kita.”

“Apa yang merunsingkan kamu, sedangkan kita hidup di sini sudah sekian lama tidak menghadapi sebarang masalah.” Jawab katak. “Aku sering terbang ke sana ke mari dan mendengar manusia sedang berbincang tentang bencana kemarau yang akan menimpa kawasan ini. Kau lihat sajalah sejak akhir-akhir ini hari panas dan hujan pun sudah lama tidak turun”.

Bangau menyambung lagi “Aku khuatir tasik ini akan kering dan semua penghuni di tasik ini akan mati.” Katak mengangguk-ngangukkan tanda bersetuju. Tanpa membuang masa si katak terus melompat ke dalam tasik untuk memaklumkan kepada kawan-kawan yang lain.

Berita bencana kemarau telah tersebar ke seluruh tasik begitu cepat dan semua penghuni tasik berkumpul ditebing sungai dimana bangau berada. Masing-masing riuh rendah menanyakan bangau akan berita tersebut.

Seekor ikan haruan bertanya kepada bangau “Apa yang harus kita lakukan?” Si bangau berkata “Aku ada satu cadangan, tetapi aku khuatir kamu semua tidak setuju.” “Apa cadangan engkau, bangau?” tanya haruan seolah-olah tidak sabar untuk mendengarnya.

Bangau berkata “Tidak jauh dari sini ada sebuah tasik yang besar dan airnya dalam, aku percaya tasik tersebut tidak akan kering walaupun berlaku kemarau yang panjang.” “Bolehkah engkau membawa kami ke sana” sampuk si ketam.

“Aku boleh membawa kamu seekor demi seekor kerana aku sudah tua dan tidak berdaya membawa kamu lebih daripada itu” kata burung bangau lagi. Mereka pun bersetuju dengan cadangan si bangau.

Si bangau mula mengangkut seekor demi seekor haiwan daripada tasik tersebut, tetapi bukan untuk dipindahkan ke tasik lain malahan untuk dimakan. Begitulah perbuatanya sehingga sampai kepada giliran seekor ketam.

imageSambil diterbangkan oleh si bangau si ketam memandang ke bawah lalu terpandang tulang-tulang ikan bersepah di atas batu besar, dengan masa yang sama si bangau mendarat di atas batu besar itu. Melihat keadaan tersebut ketam berasa cemas dan berfikir di dalam hatinya “Matilah aku kali ini dimakan oleh bangau.”

Si ketam berkata “Dimanakah tasik yang engkau katakan itu dan kenapa engakau membawa aku di sini?” Bangau ketawa terbahak-bahak lalu menjawab “Kali ini tiba masanya engkau menjadi makanan aku.”

Dengan perasaan marah ketam menyepit leher si bangau dengan sekuat-kuatnya hingga putus dan si bangau mati di situ jua.

Dengan perasaan gembira kerana terselamat daripada menjadi mangsa si bangau durjana, si ketam bergerak perlahan-lahan menuju ke tasik membawa kepala si bangau untuk ditunjukkan kepada kawan-kawannya.

Sampai saja di tasek si ketam pun menceritakan kisah yang berlaku. Semua penghuni tasik tersebut berasa gembira kerana mereka terselamat daripada menjadi makanan burung bangau yang tamak dan mementingkan diri sendiri. Mereka mengucapkan terima kasih kepada si ketam kerana telah menyelamatkan mereka semua.

Kambing Kecil dan Serigala

imageSuatu ketika, ada seekor kambing kecil yang tanduknya mulai tumbuh dan membuat dia berpikir bahwa saat itu dia sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri. 

Suatu sore ketika gerombolan kambing mulai pulang ke peternakan kembali dan ibunya sudah memanggilnya, anak kambing tersebut tidak memperhatikan dan memperdulikan panggilan ibunya.

Dia tetap tinggal di lapangan rumput tersebut dan mengunyah rumput-rumput yang halus disekelilingnya. Beberapa saat kemudian ketika dia mengangkat kepalanya, dia melihat gerombolan kambing termasuk ibunya sudah tidak ada lagi.

Sekarang dia tinggal sendirian. Matahari sudah terbenam. Bayangan panjang mulai menutupi tanah. Angin dingin mulai datang bertiup dan membuat suara yang menakutkan. Anak kambing tersebut mulai gemetar karena takut dia akan bertemu dengan serigala.

Kemudian dia mulai lari sekencang-kencangnya melewati lapangan rumput untuk pulang ke peternakan, sambil mengembik-embik memanggil ibunya. Tetapi di tengah jalan, dekat pohon perdu, apa yang ditakutkan benar-benar terjadi, seekor serigala telah berdiri di sana memandangnya dengan wajah lapar.

Kambing kecil itu tahu bahwa kecil harapan untuk dia bisa lolos dari sergapan serigala tersebut.

"Tolonglah, tuan Serigala," katanya dengan gemetar, "Saya tahu kamu akan memakan saya. Tetapi pertama kali, nyanyikanlah saya sebuah lagu dengan suling mu, karena saya ingin menari dan bergembira selama saya bisa."

imageSerigala tersebut menyukai gagasan dari kambing kecil tadi, bermain musik sebelum makan, jadi serigala itu mengeluarkan serulingnya dan mulai memainkan lagu gembira dan kambing kecil itu meloncat-loncat menari bergembira.

Sementara gerombolan kambing tadi bergerak pulang ke peternakan, di keheningan sore yang mulai beranjak gelap, suara seruling dari serigala sayup-sayup terdengar.

Anjing-anjing gembala yang menjaga gerombolan kambing tersebut langsung menajamkan telinganya dan mengenali lagu yang dimainkan oleh serigala, dan dengan cepat anjing-anjing gembala tersebut lari ke arah serigala tersebut dan menyelamatkan kambing kecil yang sedang menari-nari.

Serigala yang hendak memakan kambing kecil tadi akhirnya lari dikejar-kejar oleh anjing gembala, dan berpikir betapa bodohnya dia, memainkan lagu dengan seruling untuk si kambing kecil pada saat dia seharusnya sudah menerkamnya langsung.

pesan moral: Jangan biarkan apapun membuat kamu berbalik melupakan tujuan utamamu

Anak Gembala dan Serigala

imageSeorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik tuannya dekat suatu hutan yang gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah peternakan, dia selalu menghibur dirinya sendiri dengan cara bermain-main dengan anjingnya dan memainkan serulingnya.

Suatu hari ketika dia menggembalakan dombanya di dekat hutan, dia mulai berpikir apa yang harus dilakukannya apabila dia melihat serigala, dia merasa terhibur dengan memikirkan berbagai macam rencana.

Tuannya pernah berkata bahwa apabila dia melihat serigala menyerang kawanan dombanya, dia harus berteriak memanggil bantuan, dan orang-orang sekampung akan datang membantunya.

Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura melihat serigala dan berteriak memanggil orang sekampungnya datang untuk membantunya. Dan anak gembala itu sekarang walaupun tidak melihat seekor serigala pun, dia berpura-pura lari ke arah kampungnya dan berteriak sekeras-kerasnya, "Serigala, serigala!"

Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk membantunya. Tetapi yang mereka temukan adalah anak gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil menipu orang-orang sekampung.

imageBeberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, "Serigala! serigala!", kembali orang-orang kampung yang berlari datang untuk menolongnya, hanya menemukan anak gembala yang tertawa terbahak-bahak kembali.

Pada suatu sore ketika matahari mulai terbenam, seekor serigala benar-benar datang dan menyambar domba yang digembalakan oleh anak gembala tersebut.

Dalam ketakutannya, anak gembala itu berlari ke arah kampung dan berteriak, "Serigala! serigala!" Tetapi walaupun orang-orang sekampung mendengarnya berteriak, mereka tidak datang untuk membantunya. "Dia tidak akan bisa menipu kita lagi," kata mereka.

Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang digembalakan oleh sang anak gembala, lalu berlari masuk ke dalam hutan kembali.

Pembohong tidak akan pernah di percayai lagi, walaupun saat itu mereka berkata benar.

Serigala dan 7 Anak Kambing

imagePada zaman dahulu ada seekor ibu kambing yang tinggal di tepi hutan bersama tujuh ekor anaknya. Setiap hari ibu kambing akan keluar untuk mencari makanan di hutan yang berhampiran dengan kandang mereka.

Seperti biasa sebelum keluar ibu kambing akan memberitahu anak anaknya supaya berjaga-jaga,”Serigala sangat licik, jadi apabila kamu mendengar suara dan melihat empat kuku hitamnya, jangan buka pintu.”

Pada suatu hari seekor serigala yang kebetulan sedang menghendap ke arah kandang mereka berasa begitu gembira apabila melihat ibu kambing telah meninggalkan kadang mereka.

Ia pun mengetuk pintu dengan kuat,”Cepat buka pintu,ibu sudah balik!”Tetapi anak anak kambing berkata,”Ini bukan suara ibu, suara ibu sangat lembut dan halus.”

imageSerigala tidak putus asa dia mengambil kapur dan memakannya, kononnya untuk melembutkan suaranya. Hasilnya, suaranya telah menjadi lembut. Kemudian ia pergi mengetuk pintu kandang kambing.”Cepat buka pintu, ibu sudah balik dan membawa banyak makanan yang enak!”

Walaupun suara serigala telah menjadi lembut, tetapi anak-anak kambing melihat kuku hitam dan tajam itu,lalu berkata,”Kamu bukan ibu kami. Kamu adalah serigala kerana kamu ada kuku yang hitam lagi tajam.”

Serigala mendapat akal. Dia mencari tuan kilang penggiling dan memaksanya membuatkan kuku hitam menjadi putih. Serigala sekali lagi mengetuk pintu kandang kambing. Anak anak kambing melihat kuku putih itu dan menyangkakan ibu mereka telah balik dan terus membuak pintu.

imageSetelah anak anak kambing membukakan pintu,serigala terus menerkan dan menelan enam ekor anak kambing sekali gus. Seekor anak kambing yang terselamat sempat bersembunyi di bawah kotak. Setelah kenyang,serigala tertidur di bawah sepohon pokok.

Apabila ibu kambing balik,ia melihat keadaan kandang yang berselerak. Ia terus mencari anak-anaknya. Ibu kambing menjumpai anaknya yang bersembunyi di bawah kotak.

Anak kambing yang terselamat itu memberitahu ibunya perkara yang telah terjadi. Ibu kambing berasa begitu sedih dan berkata,”Serigala sudah kekenyangan, mesti ia tidak pergi jauh dari sini. Mari kita pergi mencarinya sekarang juga!”

Akhirnya ibu kambing dan anaknya menjumpai serigala yang sedang tidur itu. Ibu kambing terlihat ada sesuatu yang bergerak di dalam perut serigala dan percaya itu adalah anak anaknya yang berada dalam perut serigala. Tanpa membuang masa ibu kambing pun menyuruh anaknya balik ke rumah mengambil gunting dan jarum.

imageDengan hati-hati ibu kambing terus membelah perut serigala dengan gunting dan berjaya mengeluarkan dan menyelamatkan keenam enam ekor anaknya. Anak anak kambing tidak mengalami sebarang kecederaan. Ini kerana serigala hanya menelan dan tidak mengunyah mereka. Apabila ibu kambing melihat anak anaknya masih hidup,ia berasa begitu gembira.

Ibu kambing menyuruh anak anak mencari batu batu untuk diisi ke dalam perut serigala. Setelah memasukkan batu batu sehingga penuh,ibu kambing menjahit semula perut serigala. Apabila serigala terjaga, ia masih kekenyangan dan berasa sangat dahaga.

Serigala berjalan ke tebing sungai tetapi tidak dapat berjalan cepat kerana perutnya berat. Ia tidak menyedari bahawa perutnya telah diisi penuh dengan batu.

Oleh kerana perutnya terlalu berat, ketika serigala membongkok untuk meminum air, ia telah terjatuh ke dalam sungai. Di sebabkan perutnya terlalu berat dia tenggelam dan tidak dapat menyelamatkan dirinya lalu mati.

Ibu kambing dan anak anaknya berasa sangat gembira apabila melihat serigala telah mati lemas. Semenjak hari itu mereka tidak lagi terganggu ketakutan. Hiduplah mereka anak-beranak dengan aman dan damai.

Serigala dan Kambing

imageDitengah hutan yang jauh di pedalaman, terdapat sebuah desa yang berpenduduk hanya 10 keluarga. Kehidupan sehari-hari warga desa tersebut, selain berladang juga berternak kambing dan ayam.

Karena letaknya desa di tengah-tengah hutan belantara, terkadang mereka sering di ganggu berbagai hewan buas. Walaupun begitu, mereka telah terbiasa dengan kehidupan seperti itu. Pasrah dan tetap menjalani hidupnya  sehari-hari.

Pada musim kemarau yang panjang. Kawanan kambing harus digiring ke lembah yang cukup jauh untuk mendapatkan rerumputan sebagai makanannya. Para gembala biasanya membiarkan kambing-kambing mereka mencari rerumputan sendiri setelah menemukan tempat yang sesuai.

Pada suatu ketika di musim yang sama, terlihat beberapa  serigala mendekati lembah tersebut. Kebetulan saja, pada saat itu kawanan kambing berada pada dataran yang lebih tinggi di sekitar lembah. Melihat keadaan tersebut, serigala tidak dapat menjangkaunya karena apabila mereka mendekati kawanan kambing , mereka  pasti akan dihalau oleh para gembala yang sudah terlatih untuk menghadapi hewan buas.

imageWalaupun keadaan cukup sulit bagi serigala-serigala tersebut, mereka tidak kehabisan akal.  Mereka mencoba  untuk mendekati kawanan kambing dan berusaha menggodanya.

Ketika seekor serigala melihat seekor kambing, ia berusaha mendekatinya  sambil berkata, “Hai  kambing, ayo ke sini, rumput di sini lebih hijau dan lebih segar untuk makanan kamu. Undang juga teman-teman kamu, agar mereka juga dapat menikmatinya!”

Mendengar teriakan serigala, kambing tersebut pun berlari menuju kawanananya dan menyampaikan berita tersebut.  Karena masih muda dan belum berpengalaman, kambing muda tersebut memaksa teman-temannya yang lain untuk ikut bersamanya menuruni lembah dan mengikuti saran dari serigala tadi.

Beberapa kambing muda dari kawanan tersebut ikut tergoda dengan ajakan tersebut.   Namun  sebelum mereka berangkat, untung saja datang seekor induk kambing sambil berkata, “Anak-anakku, biarlah saya yang akan menjawab ajakan para serigala itu, kalian di sini saja. Saya akan segera kembali memberikan kabar untuk kalian.”

Namun induk kambing diprotes oleh kawanan kambing yang masih muda, “Kenapa tidak mengajak kami saja bersama anda, apakah anda ingin menikmati rerumputan yang segar seorang diri tanpa memperdulikan kebutuhan kami?“

Dengan bijak induk kambing tersebut menjelaskan alasan mengapa mereka harus menunggu. “Anak-anakku, karena kalian masih muda dan belum pernah bertemu dengan hewan buas di hutan ini, hewan buas tersebut salah satunya adalah serigala yang mengajak kalian tadi. Dia bermaksud mengelabui  kalian, apabila kalian menuruni lembah ini, kalian akan disantap olehnya.”

imageKawanan domba mudapun memahami, namun mereka melarangnya pergi sendirian atau lebih baik mengurungkan niat menemui serigala-serigala itu. Kata induk kambing, “Saya tahu cara menghadapi mereka, saya akan tunjukkan bahwa kita bukanlah kawanan kambing yang bodoh, kalian tunggu saja di sini, saya akan kembali dengan selamat.”

Setelah menjelaskan, induk kambing pun menuju tempat yang diberitahu oleh kambing muda tadi. Sambil berhati-hati melangkah dan melihat keadaan sekelilingnya, dia pun tiba di tempat yang dimaksud. Dan ternyata memang benar,  disana terlihat beberapa serigala sedang bermalas-malasan sambil menunggu kesempatan memperdayai kawanan kambing.

Melihat induk kambing dengan tubuh yang cukup besar, seekor serigala menjadi tergiur dan kembali mencoba menggodanya. “Hai kambing yang lapar, badanmu besar, pasti membutukan rerumputan yang banyak. Ayo ke sini, ada rerumputan segar dan banyak untuk kebutuhan kamu.”

Mendengar ajakan serigala tersebut, induk kambing pun menjawab, “Terima kasih,  rumput di bawah sana mungkin akan jauh lebih baik. Tapi kalau aku turun kalian akan mendapatkan makanan yang  lebih baik, dan menjadi kesukaan kalian. Jadi saya lebih suka di sini, di tempat dimana kalian tidak dapat menganggu saya dan kawanan kambing yang lain, setidaknya kami cukup aman walau rerumputan yang ada tidak sebaik yang kalian katakan.“

Setelah menjawab para serigala itu, induk kambingpun segera kembali berkumpul dengan kawanan kambing yang lain. Dan menceritakan apa yang dia lakukan, sambil mengajak mereka semua kembali dan menemui para gembala.

Pelajaran :

Cerita di atas ini ingin mengajarkan kepada kita agar selalu belajar dari pengalaman orang yang lebih tua. Dan janganlah membiarkan orang lain memperdayai kita karena kepolosan dan kurangnya pengetahuan yang kita miliki.  Belajarlah mempertimbangkan segala kesempatan dengan bijaksana.

Monyet dan Kuda

imageAlkisah, di tepi sebuah hutan, ada sekawanan monyet melihat pasukan berkuda melintas di depan mereka. Menyaksikan kegagahan para prajurit berkendara di atas pelana kuda, seekor monyet pun menyombongkan diri bahwa menunggang kuda itu masalah mudah!

Untuk membuktikan perkataannya, saat pasukan berkuda istirahat, si monyet mengendap-endap mendekati seekor kuda di sana. Hup! Dengan lincah, si monyet naik ke atas punggung kuda.

Kuda yang merasakan hentakan berat di atas punggungnya, terkejut.

Ia juga merasa kesakitan karena tarikan erat pada surainya. Maka, ia pun segera meringkik, berlari kencang, sambil menggoyangkan liar badannya ke kiri dan ke kanan. Monyet yang tidak bisa mempertahankan keseimbangan badannya, terpelanting dan jatuh ke tanah dengan keras.

Hewan-hewan lain di hutan, ramai menertawakan kebodohan si monyet. Monyet pun tertunduk malu sambil menahan rasa sakit yang menjalari tubuhnya. Ternyata menunggang kuda tidak semudah yang ia kira!

imageKatanya, "Kapok deh. Cukup sekali saja aku menunggang kuda! Ternyata tidak sehebat dan seenak yang aku bayangkan. Memang sudah menjadi nasibku, aku tidak akan menunggang kuda lagi seumur hidupku. Aku tidak mau mengulangi lagi kesalahan yang sama."

Saat itu, monyet yang tertua di kelompoknya menjawab, "Jatuh memang menyakitkan, tetapi bukan berarti di kemudian hari kamu tidak akan jatuh lagi, entah dari pohon dan darimana pun.

Yang perlu ketahui dan dipelajari adalah mengapa kamu jatuh? Jika kita mau belajar untuk tahu kenapa bisa jatuh, maka kita tidak perlu mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari."

Monyet dan Buaya

imageDahulu kala hiduplah seekor monyet di sebatang pohon jamblang di tepi sungai. Ia bahagia walaupun tinggal sendiri . Pohon itu mempunyai banyak buah yang manis dan memberinya tempat berteduh pada saat hari panas atau hujan.

Pada suatu hari seekor buaya naik ke tepian sungai dan beristirahat di bawah pohon. Sang monyet yang ramah menyapanya, “Halo.”

“Halo,” jawab buaya. “Apakah kau tahu dimana aku dapat menemukan makanan? Tampaknya sudah tidak ada ikan lagi di sungai ini.”

Aku tidak tahu dimana ada ikan Namun aku mempunyai banyak buah jamblang yang masak di pohon ini. Ini, cobalah!” kata monyet sambil memetik beberapa buah jamblang dan melemparkannya kepada buaya.

Buaya memakan semua buah yang diberikan monyet.Ia suka rasanya yang manis. Ia minta monyet memetik buah jamblang lagi untuknya.

Sejak saat itu buaya datang setiap hari. Mereka pun menjadi sahabat. Mereka mengobrol sambil makan buah jamblang.

imagePada suatu hari buaya bercerita tentang isteri dan keluarganya.”Mengapa baru sekarang kau bilang bahwa kau punya isteri? Bawalah jamblang ini untuk isterimu.”

Isteri buaya menyukai buah jamblang. Ia belum pernah makan sesuatu yang begitu manis. Ia berpikir betapa manisnya daging monyet yang sepanjang hidupnya makan buah jamblang setiap hari. Air liurnya menetes.

“Suamiku,” kata isteri buaya, “ajaklah monyet kemari untuk makan malam.Lalu kita makan dia. Pasti dagungnya lezat dan manis.”

Buaya terperanjat. Bagaimana ia dapat memakan sahabatnya? Ia menjelaskan kepada isterinya, “Monyet satu-satunya temanku, “ katanya. Sang buaya tetap menolak membawa monyet kepada isterinya. Sementara isterinya pun tetap membujuknya.

Ketika buaya tetap tidak mau menuruti keinginannya, isteri buaya pura-pura sakit keras. “Suamiku,” katanya, “Hanya jantung monyet yang dapat menyembuhkanku. Kalau kau mencintaiku, kau ajak monyet temanmu kemari. Setelah makan jantungnya aku pasti segera sembuh.”

imageBuaya kebingungan, di satu sisi monyet adalah sahabatnya yang baik hati. Namun di sisi lain, bila isterinya tidak memakan jantung monyet, mungkin ia akan meninggal.

Akhirnya, ia memutuskan untuk membawa monyet kepada isterinya untuk dijadikan obat.

“Teman,” kata buaya kepada monyet.  “Isteriku sangat berterima kasih dengan buah jamblang yang kaukirimkan tiap hari. Sekarang ia ingin mengundangmu makan malam.Ikutlah denganku ke rumah kami.”

Monyet sangat gembira dengan undangan itu namun ia berkata bahwa ia tak mungkin ikut karena ia tak dapat berenang. “Aku akan menggendongmu di atas punggungku. Kau tak usah khawatir,” kata buaya.

imageMonyet pun melompat ke punggung buaya dan berangkatlah mereka. Ketika mereka sudah cukup jauh dari pohon jamblang, buaya berkata,”Isteriku sakit parah, hanya jantung monyet yang dapat menyembuhkannya.”

Monyet ketakutan. Ia berpikir keras, bagaimana ia dapat menyelamatkan diri. “Buaya temanku, kasihan isterimu. Namun kau tak perlu cemas. Aku senang bisa menolong isterimu dengan jantungku. Masalahnya, aku tadi meninggalkan jantungku di atas dahan pohon jamblang. Ayo kita kembali dan mengambilnya.”

Buaya percaya kepada monyet. Ia berbalik dan berenang kembali ke pohon jamblang. Monyet segera melompat turun dari punggung buaya dan segera naik ke dahan pohon.

image“Temanku yang bodoh. Tidak tahukah kau, bahwa kita selalu membawa-bawa jantung kita? Aku tak akan mempercayaimu lagi. Pergilah dan jangan pernah kembali ke sini lagi.”

Monyet pun membalikkan badannya, tak mau lagi melihat sang buaya. Buaya sangat menyesal. Ia kehilangan satu-satunya sahabatnya. Ia juga tak akan dapat makan buah jamblang yang manis itu lagi.

Monyet lolos dari bahaya karena berpikir dengan cepat dan cerdik. Ia menyadari bahwa monyet dan buaya tidak mungkin berteman. Buaya lebih suka makan monyet daripada berteman dengannya.

Monyet dan Angin Sepoi

imageSeekor monyet sedang berada di pucuk pohon kelapa. Dan dia tidak sadar sedang di perhatikan oleh tiga macam angin yaitu Angin Topan, Angin Tornado dan Angin Bahorok.

Tiga angin itu rupanya sedang membicarakan siapa yang paling cepat bisa menjatuhkan si monyet dari pohon kelapa.

Angin Topan yang merasa paling hebat berkata “Saya hanya perlu waktu 45 detik”

Angin Tornado nggak mau kalah dan berkata “Kalau saya hanya 30 detik”

Angin Bahorok tersenyum dan berkata “15 detik juga akan jatuh monyet itu olehku”

Akhirnya satu persatu, ketiga angin itu maju. Angin TOPAN yang pertama memulai aksinya,
Zzzyy.. dia meniup sekencang-kencangnya, Wuuusss… Merasa ada angin gede datang, si monyet langsung memegang batang pohon kelapa, Dia pegang sekuat-kuatnya. Beberapa menit lewatlah sudah, si monyet pun tidak terjatuh. Angin Topan pun menyerah.

Giliran Angin TORNADO. Wuuusss… Wuuusss… Dia meniup sekencang-kencangnya. Tetapi monyet itu tidak terjatuh juga. Angin Tornado juga menyerah.

Terakhir, Angin BAHOROK. Lebih kenceng lagi dia meniup. Wuuuss… Wuuuss… Wuuuss… Si monyet malah makin kencang pegangannya, dan tidak terjatuh ke tanah.

Ketiga angin gede itu akhirnya mengakui, si monyet memang jagoan, tangguh dan daya tahannya luar biasa.

Tidak lama kemudian, datanglah angin Sepoi-Sepoi. Dia bilang mau ikutan menjatuhkan si monyet dari pohon.

imageKeinginan angin sepoi-sepoi di tertawakan oleh tiga angin lainnya. Tiga angin besar aja tidak bisa menjatuhkan monyet tersebut, apalagi yang sekecil ini anginnya. Ketiga angin itu meremehkan angin sepoi-sepoi yang hanya bisa bertiup pelan-pelan.

Tanpa banyak bicara, angin SEPOI-SEPOI langsung niup ubun-ubun si monyet. Psssss…
Enak banget. Adem… Seger…
Riyep-riyep matanya si monyet. Tidak lama kemudian tertidurlah monyet itu dan melepas pegangannya. Akhirnya, monyet itu terjatuh ke tanah.

Pesan Cerita :

Jangan sombong dengan kehebatan dan kekuatan, kesombongan hanya akan

HIKAYAT BUNGA KEMUNING

image Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang puteri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja yang bijaksana. Tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya, karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya.

Istri sang raja sudah meninggal dunia ketika melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Puteri-puteri Raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau.

Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka. Pertengkaran sering terjadi diantara mereka.

Kesepuluh puteri itu dinamai dengan nama-nama warna. Puteri Sulung bernama Puteri Jambon. Adik-adiknya dinamai Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning, Baju yang mereka pun berwarna sama dengan nama mereka.

Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali mereka dari jauh. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda, Ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan tersenyum ramah kepada siapapun. Ia lebih suka bebergian dengan inang pengasuh daripada dengan kakak-kakaknya.

Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya. "Aku hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?" tanya raja.

"Aku ingin perhiasan yang mahal," kata Puteri Jambon. "Aku mau kain sutra yang berkilau-kilau," kata Puteri Jingga. 9 anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda mereka.

Tetapi lain halnya dengan Puteri Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang lengan ayahnya. "Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat," katanya. Kakak-kakaknya tertawa dan mencemoohkannya.

"Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah buatmu," kata sang raja. Tak lama kemudian, raja pun pergi.

Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk menuruti permintaan para puteri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman istana.

Puteri Kuning sangat sedih melihatnya karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya. Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya, namun Puteri Kuning tetap berkeras mengerjakannya.

image Kakak-kakak Puteri Kuning yang melihat adiknya menyapu, tertawa keras-keras. "Lihat tampaknya kita punya pelayan baru,"kata seorang diantaranya.

"Hai pelayan! Masih ada kotoran nih!" ujar seorang yang lain sambil melemparkan sampah. Taman istana yang sudah rapi, kembali acak-acakan. Puteri Kuning diam saja dan menyapu sampah-sampah itu. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang sampai Puteri Kuning kelelahan.

Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang dipaksa mematuhi berbagai perintah kakak-kakaknya.

"Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk kalian. Bisanya hanya mengganggu saja!" Kata Puteri Kuning dengan marah. "Sudah ah, aku bosan. Kita mandi di danau saja!" ajak Puteri Nila.

Mereka meninggalkan Puteri Kuning seorang diri. Begitulah yang terjadi setiap hari, sampai ayah mereka pulang. Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan puteri nya masih bermain di danau, sementara Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana.

Mengetahui hal itu, raja menjadi sangat sedih. "Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu memberi apa-apa selain kalung batu hijau ini, bukannya warna kuning kesayanganmu!" kata sang raja.

image Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu tak pernah ditemukannya. "Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat, serasi benar dengan bajuku yang berwarna kuning," kata Puteri Kuning dengan lemah lembut.

"Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah," ucapnya lagi. Ketika Puteri Kuning sedang membuat the, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka ribut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Puteri Kuning, apalagi menanyakan hadiahnya.

Keesokan hari, Puteri Hijau melihat Puteri Kuning memakai kalung barunya. "Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah Puteri Hijau!" katanya dengan perasaan iri.

image Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu," sahut Puteri Kuning. Mendengarnya, Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut mereka.

"Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus mengajarnya berbuat baik!" kata Puteri Hijau. Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama kemudian, Puteri Kuning muncul. Kakak-kakaknya menangkapnya dan memukul kepalanya.

Tak disangka, pukulan tersebut menyebabkan Puteri Kuning meninggal. "Astaga! Kita harus menguburnya!" seru Puteri Jingga. Mereka beramai-ramai mengusung Puteri Kuning, lalu menguburnya di taman istana. Puteri Hijau ikut mengubur kalung batu hijau, karena ia tak menginginkannya lagi.

Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana puteri itu pergi. Kakak-kakaknya pun diam seribu bahasa. Raja sangat marah. "Hai para pengawal! Cari dan temukanlah Puteri Kuning!" teriaknya.

Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja sangat sedih. "Aku ini ayah yang buruk," katanya."Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat jauh untuk belajar dan mengasah budi pekerti!" Maka ia pun mengirimkan puteri-puterinya untuk bersekolah di negeri yang jauh.

Raja sendiri sering termenung-menung di taman istana, sedih memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.

image Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. Sang raja heran melihatnya. "Tanaman apakah ini? Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning.!" kata raja dengan senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan namanya.

Bahkan, bunga-bunga kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. 'Batangnya dipakai untuk membuat kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah mati pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.

Moral : Kebaikan akan membuahkan hal-hal yang baik, walaupun kejahatan sering kali menghalanginya. TAMAT.

SI KANCIL KENA BATUNYA

image

Angin yang berhembus semilir-semilir membuat penghuni hutan mengantuk. Begitu juga dengan si kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya ia berjalan-jalan dihutan sambil membusungkan dadanya.

Sambil berjalan ia berkata,"Siapa yang tak kenal kancil. Si pintar, si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku". Ketika sampai di sungai, ia segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya.

Air yang begitu jernih membuat kancil dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. "Buaya, Gajah, Harimau semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya".

Si kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan oleh seekor siput yang sedang duduk dibongkahan batu yang besar.

imageSi siput berkata,"Hei kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada apa? Kamu sedang bergembira ?". Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya ia menemukan letak si siput.

 "Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya ?". Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan !. "Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran ayam". Ujar si kancil.

Siput terkejut mendengar ucapan si kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel. Lalu siputpun berkata,"Hai kancil !, kamu memang cerdik dan pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat". Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan minggu depan.

image Setelah si kancil pergi, siput segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus berada dijalur lomba.

"Jangan lupa, kalian bersembunyi dibalik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul jika si kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan si kancil," kata siput.

Hari yang dinanti tiba. Si kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan Kancil untuk berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai.

imagePerlombaan dimulai. Kancil berjalan santai, sedang siput segera menyelam ke dalam air. Setelah beberapa langkah, kancil memanggil siput. Tiba-tiba siput muncul di depan kancil sambil berseru,"Hai Kancil ! Aku sudah sampai sini." Kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya.

Kemudian ia memanggil si siput lagi. Ternyata siput juga sudah berada di depannya. Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul di depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.

Ketika hampir finish, ia memanggil siput, tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan.

Si kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum sinis kancil berkata,"Kancil memang tiada duanya." Kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara siput yang sudah duduk di atas batu besar.

"Oh kasihan sekali kau kancil. Kelihatannya sangat lelah, Capai ya berlari ?". Ejek siput. "Tidak mungkin !", "Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai, padahal aku berlari sangat kencang", seru si kancil.

image "Sudahlah akui saja kekalahanmu," ujar siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau a dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan mengakui kekalahannya.

"Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu dalam menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan mereka", ujar siput. Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggallah si kancil dengan rasa menyesal dan malu.

Pesan Moral : Janganlah suka menyombongkan diri dan menyepelekan orang lain, walaupun kita memang cerdas dan pandai. TAMAT.

Cindelaras

imageKerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raden Putra. Ia didampingi oleh seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang memiliki sifat iri dan dengki. Raja Putra dan kedua istrinya tadi hidup di dalam istana yang sangat megah dan damai.

Hingga suatu hari selir raja merencanakan sesuatu yang buruk pada permaisuri raja. Hal tersebut dilakukan karena selir Raden Putra ingin menjadi permaisuri.

Selir baginda lalu berkomplot dengan seorang tabib istana untuk melaksanakan rencana tersebut. Selir baginda berpura-pura sakit parah. Tabib istana lalu segera dipanggil sang Raja. Setelah memeriksa selir tersebut, sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minuman tuan putri.

“Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri,” kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan patih untuk membuang permaisuri ke hutan dan membunuhnya.

Sang Patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke tengah hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuh sang permaisuri. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda.

 “Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh,” kata patih. Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja merasa puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri.

Setelah beberapa bulan berada di hutan, sang permaisuri melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan.

Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur ayam. Cindelaras kemudian mengambil telur itu dan bermaksud menetaskannya. Setelah 3 minggu, telur itu menetas menjadi seekor anak ayam yang sangat lucu.

imageCindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Kian hari anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang gagah dan kuat. Tetapi ada satu yang aneh dari ayam tersebut. Bunyi kokok ayam itu berbeda dengan ayam lainnya.

“Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…”, kokok ayam itu

Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya itu dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda.

imageSetelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. “Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku,” tantangnya. “Baiklah,” jawab Cindelaras.

Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan.

Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat hingga sampai ke Istana. Raden Putra akhirnya pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras ke istana.

“Hamba menghadap paduka,” kata Cindelaras dengan santun. “Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata,” pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.

imageDua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya.

“Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?” Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi.

“Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…,” ayam jantan itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. “Benarkah itu?” Tanya baginda keheranan. “Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda.”

imageBersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri.

“Aku telah melakukan kesalahan,” kata Baginda Raden Putra. “Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku,” lanjut Baginda dengan murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.

Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.