Dahulu, ada sebuah pulau yang banyak sekali dikunjungi wisatawan. Sebetulnya pulau itu sangat jauh dan terpencil. Namun, apa gerangan yang membuat banyak sekali wisatawan ingin mengunjungi pulau tersebut? Ternyata pemandangan di pulau itu sangat indah, banyak bunga beraneka warna macam dan ragamnya.
Selain itu, banyak sekali lebah yang pada akhirnya diternakan oleh para penghuni pulau itu. Wajarlah bila pulau itu terkenal pula dengan madunya yang beraneka rasa, sesuai dengan bunga yang dihisap oleh lebah yang bersangkutan.
Dan yang lebih menakjubkan lagi, disitu terdapat ribuan kupu-kupu yang sangat beraneka ragam jenisnya. Mulai dari kupu-kupu yang sangat kwcil sampai yang sangat besar.
Begitu pula dengan corak sayapnya yang begitu indah dan menakjubkan. Di pulau inilah kita akan terharu dan terpesona oleh kebesaran tuhan.
Banyak pengunjung maupun perajin memanfaatkan keindahan kupu-kupu itu untuk di buat cindra mata. Mengingat harga cindra mata itu terbilang mahal, maka setiap hari banyak orang yang menangkap atau menjala kupu-kupu tersebut.
Karena penangkapan kupu-kupu itu telah berlangsung bertahun-tahun, maka jumlahnyapun semakin berkurang.
Ternyata, di antara keceriaan dan keindahan yang sangat mengagumkan, ada sebuah kesedihan yang mendalam. Di pagi yang cerah, disaat kebanyakan kupu-kupu dan binatang lain menghisap madu, ada seekor kupu-kupu besar dan sangat indah diam termenung, hinggap disebuah daun. Tak lama kemudian, datanglah seekor lebah menyapanya.
“Hei, Kupu-kupu! Kenapa kamu termenung sedih disitu?”
Lalu kupu-kupu menjawab, “Oh, Lebah engkau tahu keberadaan pulau ini sekarang? Banyak sekali pengunjung dan pengrajin yang sengaja menangkap teman-temanku untuk dijadikan cindra mata. Sedangkan kelompok lebah tidak ada yang berani mengganggu, apalagi menangkap. Bahkan lebah diternakkan sehingga jumlahnya justru semakin banyak. Sedangkan kelompok kupu-kupu mungkin suatu saat akan punah jika banyak orang yang menangkap kupu-kupu tanpa ada batasannya. Apalagi jika menggunakan jaring,” jelas kupu-kupu.
Dengan berurai air mata, kupu-kupu tersebut mengutarakan semua itu pada lebah.
Lebah merasa iba mendengar cerita kupu-kupu, maka ia pun meninggalkan Kupu-kupu kembali kesarangnya. Ia menceritakan kisah sedih ini kepada teman-temannya. Akhirnya mereka bersepakat menolong Kupu-kupu tersebut.
Jika mereka melihat pengunjung atau pengrajin yang hendak menangkap kupu-kupu, maka lebah-lebah pun akan berada disekelilingnya sehingga mereka tidak jadi menangkap kupu-kupu karena takut disengat lebah.
Benar juga, para pengunjung dan pengrajin kupu-kupu tidak berani menangkap kupu-kupu. Mereka menyadari perlunya menjaga keberadaan dan melestarikan kupu-kupu di pulau itu.
Para perajin, pedagang cindra mata, dan pengunjung mematuhi peraturan tersebut, bahwa mereka hanya diperbolehkan mengambil kupu-kupu yang sudah mati untuk dijadikan cindra mata ataupun sebagai bahan penelitian. Jumlah kupu-kupu yang mati ternyata cukup banyak, karena setelah bertelur, mereeka tidak bertahan hidup lebih lama lagi.
Setelah situasi tenang dan kehidupan berbagai binatang dan serangga di situ merasa aman, kupu-kupu pun mencari lebah yang telah menolongnya. Akhirnya bertemulah mareka. kupu-kupu sangat berterimakasih kepada lebah yang menyelamatkannya dari kepunahan.
Sampai sekarang, pulau itu dikenal dengan nama ”Pulau Kupu-kupu” yang selalu dipenuhi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara.